1.
ARBITRASE
Arbitrase" (bahasa Inggris:arbitrage), yang
dalam dunia ekonomi dan keuangan adalah praktik untuk memperoleh
keuntungan dari perbedaan harga yang terjadi di antara dua pasar keuangan. Arbitrase ini merupakan suatu
kombinasi penyesuaian transaksi atas dua pasar keuangan di mana keuntungan yang diperoleh adalah berasal
dari selisih antara harga pasar yang satu dengan yang lainnya.
Dalam dunia akademis, istilah "arbitrase" ini diartikan
sebagai suatu transaksi tanpa arus kas negatif dalam keadaan yang bagaimanapun,
dan terdapat arus kas positif atas sekurangnya pada satu keadaan , atau dengan
istilah sederhana disebut sebagai "keuntungan tanpa risiko"
(risk-free profit).
Seorang yang melakukan arbitrase disebut "arbitraser"
atau dalam istilah asing disebut juga arbitrageur. Istilah ini utamanya
digunakan dalam perdagangan instrumen keuangan seperti obligasi, saham,
derivatif, komoditi dan mata uang.
A. Obyek Arbitrase
Objek perjanjian arbitrase (sengketa yang akan diselesaikan di
luar pengadilan melalui lembaga arbitrase dan atau lembaga alternatif
penyelesaian sengketa lainnya) menurut Pasal 5 ayat (1) UU No. 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, hanyalah sengketa di
bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.
Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain:
perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri dan hak
milik intelektual. Sementara itu Pasal 5 ayat (2) UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, memberikan perumusan negative bahwa
sengketa-sengketa yang dianggap tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase
adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan
perdamaian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Buku III
B. Keuntungan dan Kelemahan Arbitrase
Dalam Penjelasan Umum UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, terdapat beberapa keuntungan penyelesaian sengketa
melalui arbitrase dibandingkan melalui proses peradilan, yaitu:
1. kerahasiaan sengketa para pihak terjamin;
2. keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan
administratif
dapat dihindari;
3. para pihak dapat memilih arbiter yang berpengalaman, memiliki
latar
belakang yang cukup
mengenai masalah yang disengketakan, serta jujur dan
adil;
4. para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk penyelesaian
masalahnya; para pihak
dapat memilih tempat penyelenggaraan arbitrase;
5. putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak
melalui
prosedur sederhana
ataupun dapat langsung dilaksanakan.
Menurut Prof. Subekti, bahwa bagi dunia perdagangan atau bisnis, penyelesaian
sengketa lewat arbitrase atau perwasitan, mempunyai beberapa keuntungan yaitu
bahwa dapat dilakukan dengan cepat, oleh para ahli, dan secara rahasia. Sementara
itu, HMN Purwosutjipto mengemukakan arti pentingnya peradilan wasit (arbitrase)
adalah:11
1. Penyelesaian sengketa dapat dilaksanakan dengan cepat;
2. Para wasit terdiri dari orang-orang ahli dalam bidang yang
dipersengketakan, yang diharapkan
mampu membuat putusan yang memuaskan para
pihak;
3. Putusan akan lebih sesuai dengan perasaan keadilan para pihak;
4. Putusan peradilan wasit dirahasiakan, sehingga umum tidak
mengetahui tentang kelemahan-kelemahan perusahaan yang bersangkutan. Sifat
rahasia pada putusan perwasitan inilah
yang dikehendaki oleh para pengusaha.
Michael B. Metzger
mengemukakan pendapat keuntungan penyelesaian
sengketa melalui arbitrase ini :
“As compared with the court system, the main advantages clained
for arbitration
are:
1. quicker resolution of disputes;
2. lower costs in time and money to the parties; and
3. the availability of professional who are often expert in the
subject matter of
dispute”.
Selain keunggulan diatas, arbitrase juga mempunyai kelemahan,
yaitu masih sulitnya upaya eksekusi dari suatu putusan arbitrase, padahal pengaturan
untuk eksekusi putusan arbitrase nasional maupun internasional sudah cukup jelas,
ini khususnya terjadi di Indonesia dari praktek arbitrase yang sudah berjalan
selama ini. Selain itu, di negara-negara tertentu proses peradilan dapat lebih
cepat dari pada proses arbitrase.
Beberapa kelemahan dari Arbitrase adalah :
1. Arbitrase belum dikenal secara luas, baik oleh masyarakat awam,
maupun masyarakat bisnis, bahkan oleh masyarakat akademis sendiri.
2. Masyarakat belum menaruh kepercayaan yang memadai, sehingga
enggan memasukkan perkaranya kepada lembaga-lembaga Arbitrase. Hal ini dapat dilihat
dari sedikitnya perkara yang diajukan dan diselesaikan melalui lembaga-lembaga
Arbitrase yang ada.
3. Lembaga Arbitrase tidak mempunyai daya paksa atau kewenangan melakukan
eksekusi putusannya.
4. Kurangnya kepatuhan para pihak terhadap hasil-hasil
penyelesaian yang dicapai dalam Arbitrase, sehingga mereka seringkali
mengingkari dengan berbagai cara, baik dengan teknik mengulur-ulur waktu,
perlawanan, gugatan pembatalan dan sebagainya.
5. Kurangnya para pihak memegang etika bisnis. Sebagai suatu
mekanisme extra judicial, Arbitrase hanya dapat bertumpu di atas etika
bisnis, seperti kejujuran dan kewajaran.
2. LETTER OF CREDIT
letter of credit, atau sering disingkat
menjadi L/C, LC, atau LOC, adalah sebuah cara pembayaran internasional yang
memungkinkan eksportir menerima pembayaran tanpa menunggu berita dari luar
negeri setelah barang dan berkas dokumen dikirimkan keluar negeri (kepada
pemesan).
a. Tata cara pembayaran
dengan L/C
- Importir meminta kepada banknya (bank devisa) untuk membuka suatu L/C untuk dan atas nama eksportir. Dalam hal ini, importir bertindak sebagai opener. Bila importir sudah memenuhi ketentuan yang berlaku untuk impor seperti keharusan adanya surat izin impor, maka bank melakukan kontrak valuta (KV) dengan importir dan melaksanakan pembukaan L/C atas nama importir. Bank dalam hal ini bertindak sebagai opening/issuing bank. Pembukaan L/C ini dilakukan melalui salah satu koresponden bank di luar negeri. Koresponden bank yang bertindak sebagai perantara kedua ini disebut sebagai advising bank atau notifiying bank. Advising bank memberitahukan kepada eksportir mengenai pembukaan L/C tersebut. Eksportir yang menerima L/C disebut beneficiary.
- Eksportir menyerahkan barang ke Carrier, sebagai gantinya Eksportir akan mendapatkan bill of lading.
- Eksportir menyerahkan bill of lading kepada bank untuk mendapatkan pembayaran. Paying bank kemudian menyerahkan sejumlah uang setelah mereka mendapatkan bill of lading tersebut dari eksportir. Bill of lading tersebut kemudian diberikan kepada Importir.
- Importir menyerahkan bill of lading kepada Carrier untuk ditukarkan dengan barang yang dikirimkan oleh eksportir.
b. Jenis-jenis L/C
- Revocable L/C
Adalah L/C yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan atau diubah secara
sepihak oleh opener atau oleh issuing bank tanpa memerlukan
persetujuan dari beneficiary.
- Irrevocable L/C
Irrevocable L/C adalah L/C yang tidak bisa dibatalkan selama jangka berlaku (validity)
yang ditentukan dalam L/C tersebut dan opening bank tetap menjamin untuk
menerima wesel-wesel yang ditarik atas L/C tersebut. Pembatalan mungkin juga
dilakukan, tetapi harus atas persetujuan semua pihak yang bersangkutan dengan
L/C tersebut.
- Irrevocable dan Confirmed L/C
L/C ini diangggap paling sempurna dan paling aman dari sudut
penerima L/C (beneficiary) karena pembayaran atau pelunasan wesel yang
ditarik atas L/C ini dijamin sepenuhnya oleh opening bank maupun oleh advising
bank, bila segala syarat-syarat dipenuhi, serta tidak mudah dibatalkan
karena sifatnya yang irrevocable.
- Clean Letter of Credit
Dalam L/C ini tidak dicantumkan syarat-syarat lain untuk penarikan
suatu wesel. Artinya, tidak diperlukan dokumen-dokumen
lainnya, bahkan pengambilan uang dari kredit yang tersedia
dapat dilakukan dengan penyerahan kuitansi biasa.
- Documentary Letter of Credit
Penarikan uang atau kredit yang tersedia harus dilengkapi dengan
dokumen-dokumen lain sebagaimana disebut dalam syarat-syarat dari L/C.
- Documentary L/C dengan Red Clause
Jenis L/C ini, penerima L/C (beneficiary) diberi hak untuk menarik
sebagian dari jumlah L/C yang tersedia dengan penyerahan kuitansi biasa atau
dengan penarikan wesel tanpa memerlukan dokumen lainnya, sedangkan sisanya
dilaksanakan seperti dalam hal documentary L/C. L/C ini merupakan
kombinasi open L/C dengan documentary L/C.
- Revolving L/C
L/C ini memungkinkan kredit yang tersedia dipakai ulang tanpa
mengadakan perubahan syarat khusus pada L/C tersebut. Misalnya, untuk jangka
waktu enam bulan, kredit tersedia setiap bulannya US$ 1.200, berarti secara
otomatis setiap bulan (selama enam bulan) kredit tersedia sebesar US$ 1.200,
tidak peduli apakah jumlah itu dipakai atau tidak.
- Back to Back L/C
Dalam L/C ini, penerima (beneficiary) biasanya bukan
pemilik barang, tetapi hanya perantara. Oleh karena itu, penerima L/C ini
terpaksa meminta bantuan banknya untuk membuka L/C untuk pemilik barang-barang
yang sebenarnya dengan menjaminkan L/C yang diterimanya dari luar negeri.
- Transferable L/C
Beneficiary berhak memnita kepada bank yang diamanatkan untuk
melakukan pembayaran/akseptasi kepada setiap bank yang berhak melakukan
negosiasi, untuk menyerahkan hak atas kredit sepenuhnya/sebagian kepada pihak
ketiga.
Gambar:
referensi: e-book gunadarma
1 komentar:
This is good content it well be useful to the all the user i fully read all the information it well be helpful to me thanks to the author for the given the wonderful articles...
Posting Komentar